Konstruksi Tahan Gempa | Tepat 10 tahun yang lalu Indonesia
mengalami gempa terdahsyat yang pernah terjadi, gempa dengan skala 9.2 SR yang mengakibatkan tsunami di wilayah
Aceh. Gempa yang mengakibatkan korban jiwa ribuan orang, kerugian material
serta ribuan bangunan yang mengalami kerusakan.
Kebanyakan korban jiwa diakibatkan oleh tsunami, tetapi tidak sedikit
yang diakibatkan oleh runtuhnya bangunan.
Adanya gempa dan tsunami Aceh membuka mata kita ternyata di Indonesia
memiliki potensi gempa yang angat tinggi dari mulai Aceh, pesisir barat
Sumatera, Selatan Jawa, Selatan Bali dan Nusa Tenggara, Maluku, Utara Sulawesi.
Walaupun di Teknik Sipil ada mata kuliah Gempa
ternyata kita sebagai engineer hanya menganggapnya itu hanya sebuah mata
kuliah saja. Kebanyakan masyarakat, bahakan sebagian kita sebagai Engineer
masih belum peduli masalah gempa yang ada di Indonesia. Dengan adanya potensi
gempa yang sangat tinggi, kita sebagai Engineer harus mampu mendesain dan
merencanakan konstruksi tahan gempa. Dengan adanya Konstruksi Bangunan yang Tahan Gempa, kita sebagai Engineer juga ikut berperan
menyelamatkan jiwa orang lain, bayangkan jika di dalam konstruksi yang kita
desain ada keluarga yang kita cintai, pastinya kita akan mendesain dengan
sepenuh hati.
Konstruksi Tahan Gempa bukan berarti konstruksi akan benar-benar
tidak terjadi kerusakan saat terjadi gempa. Konstruksi Tahan Gempa masih
diperbolehkan terjadi kerusakan arsitek tetapi tidak boleh terjadi kerusakan
struktur, ini artinya elemen arsitek boleh terjadi kerusakan tetapi bangunan
tetap berdiri kokoh dan masih layak huni setelah gempa terjadi. Banyak kerusakan bangunan yang terjadi akibat
gempa karena tidak didesain sesuai dengan kaidah-kaidah teknik sipil yang
mengacu pada peraturan gempa. Kebanyakan kerusakan bangunan pada bangunan di
bawah 3 lantai, karena perencanaan dan pembangunannya hanya diserahkan kepada
tukang bangunan saja. Seperti di Jogja, ternyata bangunan yang mengalami
kerusakan adalah bangunan lama yang dibangun masih sangat tradisional sekali
yang hanya memakai bata saja tanpa adanya kolom maupun ringbalk.
Dengan momentum 1 Dekade Gempa
Bumi dan Tsunami Aceh, kita sebagai engineer harus mulai sadar akan potensi
gempa yang ada di Indonesia. Kita harus meniru bangsa Jepang yang sudah sangat
siap menghadapi gempa karena sangat sadar daerahnya merupakan daerah rawan
gempa. Siap dengan Konstruksi Tahan Gempa, siap dengan Mitigasi Bencana, siap
dengan penanganan Pasca Gempa. Sudah cukup ribuan nyawa, triliunan rupiah
sebagai pembelajaran kita mengenai gempa. Saatnya kita sebagai Engineer tunjukkan
kepedulian kita dengan aksi nyata mendesain Konstruksi Tahan Gempa. Bukan Gempanya yang mengakibatkan korban
jiwa tetapi Bangunannya !!!!
No comments:
Post a Comment